Normal : 135 – 140


KLASIFIKASI

Derajat Hipernatremia Manifestasi Klinis Cara Koreksi Dewasa Cara Koreksi Pediatrik
Ringan (Na⁺ 146–149)
  • Umumnya asimtomatik
  • Mungkin hanya haus
  • Koreksi penyebab (demam, diuretik)
  • Rehidrasi oral jika mampu
  • Bila IV: D5% atau NaCl 0,45%
  • Kecepatan awal: 50–75 mL/jam
  • Pantau Na tiap 6 jam
  • Koreksi penyebab
  • Rehidrasi oral (ASI, susu, ORS) bila mampu
  • Bila IV: D5% 10–20 mL/kg/24 jam pelan
  • Gunakan pompa infus
  • Pantau Na tiap 6 jam
Sedang (Na⁺ 150–159)
  • Lemas
  • Iritabilitas
  • Nafsu makan turun
  • Pusing
  • IV D5% atau NaCl 0,45%
  • Kecepatan awal: 50–75 mL/jam
  • Target penurunan Na: <10–12 mmol/24 jam
  • Cek Na tiap 6 jam
  • Jika penurunan >6 mmol/6 jam → kurangi kecepatan
  • D5% kecepatan awal 3–5 mL/kg/jam
  • Jika hipovolemik, resusitasi dulu NaCl 0,9% 10–20 mL/kg
  • Gunakan pompa infus
  • Pantau Na tiap 4–6 jam
Berat (Na⁺ ≥160)
  • Gelisah
  • Letargi
  • Kejang
  • Koma
  • Bila syok → resusitasi NaCl 0,9%
  • Setelah stabil: D5% atau NaCl 0,45% 50–75 mL/jam
  • Koreksi pelan: maks 10–12 mmol/24 jam
  • Cek Na tiap 4–6 jam
  • Jika syok → NaCl 0,9% 10–20 mL/kg bolus
  • Setelah stabil → D5% atau D5% + 0,2% NaCl 3–4 mL/kg/jam
  • Gunakan pompa infus
  • Pantau Na & status neurologis tiap 4–6 jam
  • Koreksi Na: maks 0,5 mmol/L/jam atau 10 mmol/24 jam


ETIOLOGI

Status Volume Osmolaritas Plasma Penyebab Umum Contoh Klinis
Hipovolemik >295 mOsm/kg
  • Kehilangan air dan natrium, namun kehilangan air lebih besar
  • Natrium ↓, tapi air ↓↓↓
  • Diare berat
  • Muntah
  • Keringat berlebih
  • Luka bakar
  • Diuretik
  • Glukosuria (DM)
Euvolemik >295 mOsm/kg
  • Kehilangan murni air tanpa kehilangan natrium
  • Tidak ada edema atau tanda dehidrasi mencolok
  • Diabetes insipidus sentral (defisiensi ADH)
  • Diabetes insipidus nefrogenik (resistensi ADH)
  • Ketidakmampuan minum air (gangguan kesadaran, imobilisasi)
Hipervolemik >295 mOsm/kg
  • Penambahan natrium melebihi air
  • Retensi cairan hipertonik
  • Pemberian NaCl 3% berlebih
  • Pemberian natrium bikarbonat hipertonik
  • Konsumsi garam laut ekstrem (jarang)
  • Hiperaldosteronisme primer (jarang menyebabkan hipernatremia berat)